14/06/2012

4 Alasan mengapa kita harus bersedia memberi taujih

Berawal dari sebuah adab rapat dalam kebiasaan Aktivis Dakwah Kampus yakninya menyediakan waktu agak beberapa menit di setiap awal pertemuan membuat ku tergerak untuk menuliskan tentang hal ini. Tulisan ini bersumber dari taujih singkat yang disampaikan oleh Ustadz Hafizh dalam sebuah pertemuan sore kemaren.
Walau telah menjadi sebuah kebiasaan dan dipergilirkan diantara sesama, masih ada saja yang merasa berat dan tidak siap untuk memberikan tausyiah singkat ini. Hal ini mungkin terjadi juga di keseharian kita. Bukankah saling menasehati dalam kesabaran dan kebenaran itu tidak hanya diperintahkan kepada kita  saat mengawali rapat saja. Tetapi disetiap kesempatan yang ada. Tapi budaya saling menasehati ini lama-lama sudah semakin luntur, seiring dengan sikap hidup individualis dan cuek bebek yang menjamur dalam masyarakat kita.
Berikut saya bagikan 4 alasan tersebut kepada sahabat semua:
Yang pertama yakni bersumber dari QS Ali Imran Ayat 110. “ Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. …” Nah, untuk menjadi umat terbaik yang dimaksudkan ayat tersebut tentu tidak akan tercapai jika masing-masing kita hanya sibuk dengan kesholehan diri sendiri saja dan tidak peduli dengan kesholehan saudara kita yang lain. Kata Ummat berarti sekumpulan orang, tidak hanya satu orang saja. Bayangkan misalnya di satu RW, ketua RW nya ingin menjadikan RW nya bersih, lalu ia buatlah peraturan tentang kebersihan salah satunya adalah membuang sampah di tempatnya. Kemudian ia sekuat tenaga berusaha untuk mematuhi aturan tersebut. Tapi sayangnya tidak semua orang di RW tersebut yang berlaku sama. Tapi jika saja setiap anggota RW berlaku cuek, maka menjadikan lingkungan bersih hanya menjadi mimpi saja bagi RW tersebut. Seorang Ayah membiarkan saja anaknya membuang sampah sembarangan, seorang pemuda tak ambil pusing jika temannya membuang sampah tidak pada tempatnya dan seterusnya. Begitu juga dengan kita yang fitrahnya adalah umat terbaik. Jika kita cuek saja maka frasa umat terbaik itu akan jauh dari jangkauan kita.
Yang kedua, dalam QS Hud 117 Allah berfirman “ Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”. Kebaikan itu indah dan menentramkan. Salah satu dari kebaikan itu adalah saling menasehati dalam kesabaran dan kebenaran. Terkadang orang-orang disekitar melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik atau jauh dari nilai islam itu karena ia tidak tahu bahwa itu salah. Mungkin ia tahu tapi menganggap itu sudah biasa. Mungkin juga mereka melakukannya secara tidak sadar sebab terpengaruh oleh media yang ditonton dan didengarnya. Tentu tugas orang yang tahu (alim/berilmu) lah untuk memberi tahu dan mengingatkan nya. Seorang Alim/ulama menjadi stabilisator asalkan ia menjalankan fungsinya. Tapi jika para alim tidak mau lagi berbagi dan sibuk mensolehkan dirinya saja sedangkan orang-orang disekitarnya larut dalam ketidak baikan maka tentu suatu negeri itu akan diberikan ganjaran oleh Allah SWT. Bahkan orang sholeh yang cuek dan tidak muslih tadilah yang pertama kali akan diganjar oleh Allah. Naudzubillah.
Yangh ketiga, dalam QS Al AShr “Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”. Secara jelas dan terang Allah sebutkan diayat ini bahwa untuk menjadi orang yang tidak merugi itu kita haruslah beriman lalu berbuat kebajikan. Sampai disana saja belum lah cukup, masih harus ditambah dengan saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran. Dengan mengamalkannya kita bermohon agar kita benar-benar beruntung dan menjadi hamba yang disayang Allah.
Yang keempat, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa salah satu hak seorang muslim dari muslim yang lainnya adalah diberi nasehat. Pada masa sekarang kita mulai tidak sadar akan hak kita yang satu ini. Kita mulai lupa bahwa ada saudarta kita yang harus kita tunaikan hak nya. Sahabat mungkin pernah mendengar atau bahkan merasakan sendiri keengganan kita untuk mengingatkan dan menasehati itu alasannya karena takut menyinggung perasaan dan khawatir akan memutus tali silaturrahiim. Padahal para Sahabat dahulu jika mereika bertemu tidak pernah mereka tidak saling memberi nasehat. Karena itulah barangkali generasi awal tersebut terkenal dengan kualitas mereka yang sungguh luar biasa. Sebab mereka saling menjagha satu sama lain. Kalau kita telah paham bahwa hal ini merupakan hak kita dan juga hak saudara kita, tentu saja alasan khawatir menyinggung perasaan dan merusak persaudaraan itu tidak bisa kita pakai lagi.

Demikianlah, semoga mulai saat ini kita bertekad untuk saling menasehati. Tentu dengan adab dan cara yang hasan. Tidak dengan maksud menggurui atau bahkan menghakimi. Sungguh indahkan Islam kita ini. Makin cinta dech… cinta banget banget ni ha…
Selamat berbagi. ^_^ 

0 comments: