25/04/2012

Ketika Listrik "Pudua" di Rumahku

Oleh: Ronal Rifandi, S.Pd

Tinta printer habis dan tadi lupa membelinya, sekarang hujan. Jadi tak bisa melanjutkan ngeprint hasil kerjaan yang semakin mendeadline. Biarlah, jika tiba waktunya akan selesai juga kok, hehe. Tapi, tidak jadi memprint file bukan berarti mesti menutup netbook kan?? 

Yups, sebelumnya telah saya post cerita tentang "keran sambal", sekarang saya ingin berkisah mengenai hal uniq yang kami sekeluarga lakukan ketika pak PLN mematikan listrik untuk kawasan RW 13 Kel Batipuh Panjang tercinta ini.

Keluarga merupakan sumber inspirasi dan kekuatan yang paling nyata dan dekat. Berkumpul bersama mereka merupakan saat-saat yang bersahaja (hmm... bersahaja ko a yoh?). Nah, bagi mereka yang terpisah jauh tentu moment-moment berkumpul ini selalu menjadi penantian, karena tak bisa setiap saat bertemu. Lalu bagaimana dengan kami orang-orang kota ini, ups boleh lah ya... hiperbola sedikit. Atau kata upin - ipin "Budak-budak Banda nie."

Kami yang dalam kondisi normal bisa dipastikan dalam 1x24 jam ada berjumpa dan bahkan menghabiskan waktu bersama dengan keluarga. Bisa bersua setiap saat, bisa bercanda ria kapanpun kami mau. Bisa berebut makanan kecil ketika ibu pulang dari pasar, walau kami dapat dibilang tidak kecil lagi. Bisa tarik menarik remote televisi untuk  "prikitiw" dan "ovj" vs "Suara Anda" dan"ILC" (anda tahulah ya saya ada di pihak mana??). Biasanya hanya siaran dari lapangan hijau yang mampu meredam gejolak itu, karena banyak yang suka. Tentu saja saya mundur teratur ke arena lain untuk melakukan hal yang lebih menarik dari sekedar menonton 22 orang dengan 1 buah bola. Sempat berkelakar, kenapa tidak dikasih saja mereka bola satu seorang lalu di suruh cari gawang sendiri.Silahkan puas-puasin mau bikin goool berapa buah. hehe *peace.

Ehm... tapi karena sering bertemu itu maka kita terkadang lupa untuk memaknai dan mensyukurinya. Mungkin hanya sekedar berlalu begitu saja. Sudah jarang bercerita tentang "kita" secara kolektif sebab punya kesibukan masing-masing. kalaupun berkumpul, ya itu tadi rebutan kue atau rebutan remote dan berkelakar. hehe.

Namun, alhamdulillah kami punya moment uniq untuk bercerita tentang "kita" dengan formasi lengkap. Yakni saat listrik pudua (padam). Kami tidak punya lampu yang bisa di cas, yang ada hanya lampu badai dan lampu togok tradisional. kalau nggak tahu istilah togok sila tanya ke om gugel. 

Lingkungan sekitar rumah yang belum ramai, maklum saya bukan anak komplek, membuat suasana semakin senyap. Lampu togok yang dihidupkan biasanya satu buah, sedangkan untuk mobilitas kami menggunakan senter. Lampu itu diletakkan di tengah ruang depan yang sedikit lapang. Nah jika durasi kepuduran lampu itu sedikit lama, maka disinilah kami berhimpun. Semua aktivitas pribadi sontak berhenti. Kami duduk bersandar  ke dinding, ada yang tidur-tiduran di lantai, semua disekitar lampu togok kami itu. Dan cerita tentang "kita" biasanya di mulai. Yang paling lihai mengawalinya adalah adik yang paling kecil dengan pertanyaan-pertanyaan lugunya. Misal tentang jam berapa ia lahir? atau tentang siapa diantara kami yang paling penangis di waktu kecil? Atau Elok Timah itu siapa? Kemudian meluncurlah kisah cerita mengenai kami dari ayah atupun ibu, seakan-akan mereka bernostalgia. Cerita tentang silsilah keluarga, tentang kerabat dekat dan jauh atau pernah juga membahas tentang masa kanak-kanak kami dulu atau cerita saat ayah dan ibu remaja dsb. Ya... semua tentang "kita" lah.Sesuatu yang tak di dapat di bangku sekolah manapun. 

Dengan semua itu, saya menjadi sangat bersyukur kepada Allah karena terlahir di keluarga ini, keluarga yang menjadi sumber inspirasi dan semangat. I'll do my best insyaAllah for you, Mom and Dad :-)

Begitulah sekelumit hal uniq tentang keluarga saya. Mungkin sahabat punya kisah yang lebih dahsyat dan luar biasa, tapi kalau ditawari, sedahsyat apapun cerita anda, saya tak tertarik untuk ikut diajak berpindah status kekeluargaan. Ini saja sudah cukup.

Saya ingin lampirkan halaman persembahan skripsi saat menuntaskan kuliah S1. Begini bunyinya:

"For Izzul Islam Wal Muslimin,

Teruntuk Bunda, wanita tangguh bersahaja dengan samudera kasih tiada bertepi.
Teruntuk Bunda, yang doa-doanya menjadi pertahanan terbesarku.
Teruntuk Bunda, inspirasi kehidupan.
Dan, Untukmu Ayah, yang selalu ada dengan cara cintamu yang membuat hari-hariku penuh arti.

Ya Rabb, Jagalah mereka dalam cintaMu...
Sungguh mereka adalah anugrah terindah dalam hidup hamba.
(Juli2011)"

Padang (25042012)




0 comments: