24/04/2012

Dakwah ini begitu manis...


sebuah refleksi perjalanan hidup.
Oleh : Ronal Rifandi, S.Pd

“Dakwah ini begitu manis”. Kalimat tersebut merupakan kalimat ampuh pertama yang didengungkan kepada kami saat kecil-kecil dulu. Dan memang begitu adanya. Merasakan nikmatnya menjadi objek dakwah, diperhatikan, diayomi, dibela, difasilitasi, di fardiyahi, di ajak jalan-jalan ekslusif dan dibelikan bakwan (terima kasih bg JS) dst. 

Berselang beberapa waktu, kami pun telah mengalir bersama dengan irama pergerakan ini. Kami mulai kenal dengan istilah “jalan dakwah begitu terjal dan penuh onak duri”. Sekali lagi, ungkapan tersebut juga benar adanya. Ketika amanah inti pergerakan dakwah kampus itu sampai di pundak kami, banyak hal yang kami alami. Penuh lika-liku panjang, dan terkadang tak kuat rasanya pundak ini untuk memikulnya. Tapi subhanallah sekali, bagi yang mampu menjaga niat dan keikhlasan, Allah tetap anugrahkan padanya sebuah rasa yang dahulu ia dapatkan. Yaa… ternyata Dakwah itu tetap begitu manis, walaupun jalannya penuh dengan onak dan duri. 

Segala proses yang dijalani mampu membelajarkan dan membuat kita menjadi paham arti hidup dan mensyukuri nikmat. Dengan menjalankan dakwah ini pula kami benar-benar merasakan ukhuwah. Bukan hanya ukhuwah yang menjadi pemanis percakapan. Tetapi ukhuwah yang menggerakkan, yang memancarkan aura sehingga mampu mengerjakan amanah-amanah tersebut. Ukhuwah bukanlah sesuatu yang diminta dengan verbal “dima ukhuah ntum ko?” atau “ane nio caliak sajauh ma ukhuwah ntum?”. Tapi, ukhuwah adalah sesuatu yang tumbuh dan lahir dengan sendirinya sebagai buah dari ikatan iman. Nah kalau sekarang ada yang belum merasakannya, maka mari introspeksi diri sudah sejauh mana kekuatan iman kita.

Hal lain yang juga saya buktikan sendiri, barangkali teman-teman juga, bahwa ketika kita telah berusaha keras, kemudian kita merasa sudah sampai di suatu titik buntu, maka disanalah pertanda terbuka pintu kemudahan dan pertolongan Allah datang dari arah yang tak terduga-duga. Sering kita terheran-heran dengan rencana yang Allah buatkan untuk kita. Yang mungkin bagi orang lain tak bisa dipahami. 

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS An Nahl [16]: 97)

Sekali lagi dakwah itu begitu manis. Jika masih merasakan ia sebagai sesuatu yang berat, maka mungkin ada yang salah dengan diri kita. Mari bersama kita lihat kembali pemahaman kita tentang dakwah. Apa yang kita tuju? Untuk apa? Karena apa? Karena siapa?. Setelah mengingat dan mengokohkan alasan berdakwah, maka insya Allah kita akan kembali kuat. Ketika tidak seorangpun menghargai jerih payah kita, tidak ada yang menyambut yang kita dakwahkan, bahkan kritikan dan pandangan miring yang datang bertubi-tubi maka ia akan mengatan seperti yang dikatakan para Rasul terdahulu,

“Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terimakasih.” (QS. Al Insan:9)
“dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan Melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At Taubah [9]:105)

Jadi ketika memang bekerja untuk Allah maka tak ada tempat bagi kita untuk berlama-lama larut dan tersandra dengan keadaan-keadaan di atas. Kita harus kuat dan pantang menyerah. 

Istilah ketiga yang merupakan sequence dari dua istilah sebelumnya yaitu “Yang berjatuhan di jalan dakwah”. Ini mulai kami kenal dan kami menjadi saksi langsung kejadiannya ketika amanah-amanah itu telah mencapai klimaks. Ada diantara sahabat seperjuangan yang mungkin terindikasi menjadi bagian dalam “yang berjatuhan di jalan dakwah tersebut”. bahkan tak tertutup bagi mereka yang begitu bersemangat di masa-masa awal. Ini menjadi pelajaran bagi kita (terutama saya sendiri) bahwa tidak ada jaminan bahwa kita akan tetap dalam jalan dakwah ini. Hanya karunia Allah lah yang mampu membuat kita untuk tetap bertahan. Untuk itu mari kita berdoa agar Allah meneguhkan hati dan pikiran kita untuk istiqomah di dalam dekapan dakwah. Karena hanya Ia lah yang Maha Pembolak-balikkan hati.

Sebagai mahluk biasa, kekecewaan wajar saja muncul dalam aktivitas kita. Lemahnya semangat lumrah saja terjadi, apalagi kita berinteraksi bersama dengan orang-orang yang beragam latar belakang dan tingkat pemahamannya. Dalam komunitas yang homogen saja tak kalah banyak problem internal yang dihadapi, apalagi jika bergerak di wajihah amal ‘aam. Namun apakah lantas kita hanya berhenti sampai disitu. Berhenti dengan melampiaskan kekecewaan kita dan berkata “I’m give up”? atau bermaksud menarik diri dan berfokus pada pembinaan pribadi, focus pada mensolehkan diri sendiri saja tanpa mau belajar untuk terus bermanfaat bagi orang banyak. Lalu bagaimana dengan saudara seperjuangan kita yang lain, apakah kita tega membiarkannya memikul semua itu sendirian? Dia juga manusia yang mungkin saja merasakan kekecewaan yang sama dengan yang kita rasakan.

Terlalu lemah rasanya jika kita untuk mengurus lingkungan yang kecil ini sudah merasa tidak punya waktu. Sudah merasa sibuk dan banyak amanah. Padahal, dakwah kampus hanya merupakan bagian kecil dari dakwah semesta yang luas dan mencakup banyak hal. Jika mind set ini tak segera kita perbaiki maka bagaimana kita mau membebaskan Palestina???

Sebagai obat dari rasa-rasa negative yang mungkin muncul, antara lain apa yang sudah saya utarakan di atas. Kembali luruskan niat dan perbaiki al fahmu kita. Kemudian amalkan beberapa petikan ayat al Quran dalam tulisan ini, dan saya yakin sahabat punya lebih banyak referensi mengenai hal-hal tersebut. Kita mesti bekerja cerdas, bekerja keras dan bekerja IKHLAS. Tetaplah dalam jamaah, karena “jamaah yang masih agak kotor itu lebih baik daripada seorang diri yang bersih”. Alasannya, dengan berjamaah, sebagian anggota berusaha membersihkan yang lain, sehingga lambat laun menjadi bersih. Sementara itu, orang bersih yang sendirian, biasanya tidak menyadari kalau ada kesalahan yang dilakukan, bahkan terkadang setan masuk dan membuatnya bangga dengan kesholehannya.

Saudaraku, semoga tulisan ini bermanfaat. Mohon doanya agar kita semua selalu istiqomah dan semangat. Hingga kelak dipertemukan kembali dalam syurga Nya, Amiin. Yang menulis tulisan ini tidaklah lebih baik dari yang membacanya. Semua kata ganti “kita” yang dipakai bermaksud bahwa penulis ada di dalamnya.


::: Dakwah ini begitu manis. Walaupun penuh onak dan duri, ia tetap saja manis bagi mereka yang ikhlas dan sungguh-sungguh. Bahkan ketika sampai pada fase banyak “yang berjatuhan di jalan dakwah”, bagi yang mampu bertahan maka dakwah itu tetaplah manis. ^_^ (padang, 24042012):::

0 comments: