21/01/2012

sepenggal kisah di rumah pengabdian kami


Dilemaku pagi ini…

Badan tidak fit, karena pikiran dan tenaga terkuras untuk mengurus selembar kertas itu, hingga stamina drop. Tapi, bukankah kita dibesarkan dengan kata perjuangan. Kita dibesarkan dengan semangat pantang menyerah. Bukankah kita selalu dibiasakan untuk survive di saat-saat genting. Karena kita dibekali dengan bekalan ampuh yantg sakti mandraguna. Tentu engkau tahu yang kumaksud hai kawan seperjuangan -para aktivis dakwah (kampus)-. Berbekal semangat itu, maka kugebah motor setiaku dengan maksimal ke rumah pengabdian kami. Bismillah, The show must go on….. kalau enggak bisa-bisa murid-muridku terlalu creative dan inovativ sehingga membuat pusing guru piket dan satpam.. ^_^


Andaisaja punya murid seperti lasykar pelangi, tentu sangat bahagianya menjadi seorang guru. Tentu saja Bu Muslimah bersikukuh tetap bertahan membina mereka, walau ada iming yang menggiurnya. Walau hanya dibekali gubuk reyot yang mereka sebut sekolah. Walau tidak punya tunjangan ini dan itu. Anak-anak sedahsyat lasykar Pelangi mampu membuat sang guru yakin bahwa sang surya akan bersinar lebih cerah.
Bagaimana dengan ku disini???
Dikelas pertama pagi ini, secara keseluruhan berjalan normal dan seperti biasa. Ada yang begitu bersemangat dan antusias (good!!!), ada juga yang sekedar hadir. Sekedar hadir masih mending dibandingkan dengan sebagian kecil yang tak hanya sekedar hadir namun berbuat bising pula. Hmmm... belum lagi yang terlambat… benar-benar HMMM.
Bel berbunyi, sempatkan istirahat sebentar untuk masuk ke kelas kedua yang tak kalah unik dari sebelumnya. Disini butuh tenaga ekstra biasanya…. Dan benar saja demikian J. Dengan suara yang sudah lumayan habis dan kondisi tidak fit, pelajaran ku mulai. Dan setelah kuamati sekeliling ada yang janggal sepertinya. Oh, ternyata beberapa siswa yang biasanya agak berlebihan usilnya (boleh dikatagorikan biang heboh) tidak masuk kelas. Ups, bagaimana harusnya hatiku merespon ini? Sebagai guru pemula yang sedang kurang sehat tentu senang bahwa sedikit banyak pembelajaran kali ini akan mengalami tingkat heboh yang bisa diminimalkan. Tapi apakah benar?
Sewaktu rehat dalam pembelajaran – biasanya dengan meminta siswa mendiskusikan  contoh soal atau mencatat sebuah kesimpulan sembari mendekati siswa diseantero ruangan--  aku berpikir kembali tentang ketidak hadiran beberapa siswaku tersebut. apakah harus senang?? Ternyata tidak kawan, ada yang kurang rasanya dalam ruangan ini. Serasa tidak utuh keunikan kelas ku pagi ini. Memang benar aku ingin kelas ini seperti kelas-kelas idaman yang ideal. Memang benar aku ingin mereka tidak heboh berlebihan, tapi tidak dengan absentnya beberapa orang dari mereka. Aku ingin bersama dengan mereka untuk belajar menjadi guru dan murid yang baik.
Beginilah mungkin rasanya menjadi guru itu. Begini pulalah barangkali guru-guru kita dahulu membina kita. Dengan segenap tingkah polah kita yang terkadang juga berlebihan. Mencuekkan mereka dikelas, tidak memperhatikan penjelasannya dengan serius, mengobrol dengan teman sebangku disaaat beliau juga menjelaskan sebuah konsep tentang hokum fisika misalnya (loe aja kale, gw enggak… ehm). Tapi, tetap saja kawan, kasih sayang mereka utuh kita rasakan. Bukankah demikian?
Ehm, murid ku tersebut kabarnya ada yang sakit. Semoga engkau lekas pulih ananda dan bisa segera bersama-sama belajar disekolah. ­^_^

0 comments: