29/10/2011

DAKWAH FARDIYAH, SOLUSI YANG (sedikit) TERLUPAKAN



Oleh Ronal Rifandi, S.Pd


Kita sadar bahwa kita adalah manusia. Kita adalah manusia yang memiliki unsur hati, akal dan jasad yang dengan itu menjadi potensi kelebihan kita dari makhluk lainnya. Hati itu membentuk kemauan atau  keputusan yang bersumber dari sebuah keyakinan, hati yang berkehendak dan memiliki kebebasan untuk memilih. Unsur lainnya yaitu akal yang mampu membentuk pengetahuan, serta unsur jasad yang akan beraplikasi dalam kehidupan dalam bentuk melaksanakan aktivitas atau beramal sehari-hari. Dengan ketiga unsur tersebutlah manusia menjalankan amanah  yang langsung ia peroleh dari Tuhannya, yakni beribadah kepada Allah SWT dan menjadi khalifah di muka bumi ini.


Hidup kita, yang terus berjalan mengiringi setiap waktu yang berlalu, harus kita pertanggungjawabkan. Setiap helaan nafas kita harus kita pertimbangkan. Karena kita adalah makhluk yang terbaik yang diciptakan Allah swt. Kata – kata makhluk terbaik tentu tidak begitu saja dapat kita banggakan. Apakah pantas orang yang hanya berleha-leha dalam hidupnya mendapat gelar makhluk mulia? Apakah patut orang yang hari-harinya penuh dengan kemaksiatan menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi ini? Tentu saja kita sepakat untuk mengatakan tidak. Banyak yang harus kita persiapkan dan lakukan untuk hal tersebut. Dan agama kita telah menyediakan jalan yang lurus, dan telah ada pula koridor-koridornya, bahkan terdapat penerang di setiap koridor itu, tinggal bagaimana kita menapaki jalan lurus tersebut.
Allah memberikan kita kesempatan untuk berada dalam lingkaran dakwah ini. Sungguh bahagia kita rasanya bisa menjadi orang yang berprofesi sebagai pewaris para Nabi. Ya, Pewaris para Nabi, bukan main-main amanah ini. Seorang Da’i adalah pewaris para Nabi yang meneruskan risalah mulia tersebut hingga tetap terjaga dan teramalkan dari generasi ke generasi. Tentu kita tak ingin menyia-nyiakan amanah tersebut. Kita bermohon kepada Allah, semoga senantiasa diistiqomahkan untuk tetap semangat dan teguh dalam berdakwah.
Sebagai seorang da’i maka aktivitasnya tidak akan pernah jauh dari yang namanya dakwah. Semesta dakwah yang begitu luas mencakup seluruh aspek kehidupan. Dan dakwah kampus merupakan salah satu bagian dari semesta yang luas itu. Perjuangan para aktivis dakwah kampus sudah terbukti memberikan sumbangsihnya. Visi dakwah kampus untuk membangun indonesia madany sudah semakin jelas. Ia telah berhasil dalam memperbanyak alumni perguruan tinggi yang berafiliasi kepada Islam. Dan ini artinya semakin banyak kaum intelektual yang akan menggerakkan transformasi masyarakat menjadi masyarakat madany. Sebagaimana kita ketahui, kaum intelektual dimasyarakat kita memiliki tempat yang istimewa, dimana pendapat dan saran nya punya peluang besar untuk diikuti.
Seiring berjalannya waktu, maka semakin kompleks pula domain yang menjadi garapan dakwah kampus. Jika dahulunya hanya berpusar pada bagaimana membina internal kader secara matang, maka sekarang cakupan kerja dakwah kampus sudah semakin luas. Syiar kesemua liny dan pengembangan jaringan, pengokohan lembaga dan memperlebar sayap-sayap dakwah, serta tentu tidak meninggalkan fokus kerja di fase sebelumnya, pembinaan kaderisasi... kaderisasi dan kaderisasi. Pengelolaan semua ini tentu membutuhkan SDM yang tidak sedikit. Permasalahan inilah yang terkadang menjadi salah satu kendala terbesar dalam kemajuan gerak aktivitas dakwah kampus.
Bertambahnya bidang garapan tidak berbanding lurus dengan duplikasi kuantitas dan kualitas kader dakwah, akhirnya di beberapa tempat kita temui- bahkan mungkin kita merasakannya- banyak amanah yang tertumpu pada sedikit orang hingga mungkin terasa berat. Walau dalam setiap kesempatan taujih sering diulang-ulang bahwa memang sudah karakteristiknya jalan ini diusung oleh orang yang sedikit dan punya banyak tantangan. Tapi tentu kita tidak bisa pasrah dengan jumlah yang sedikit. Kita harus yakin bahwa dakwah ini akan tetap terus ada yang menjalankannya, kalau bukan kita, maka Allah akan ganti dengan yang lebih baik dari kita. Namun yang menjadi point adalah sejauh mana usaha dan peran kita dalam mengupayakan kesinambungan dakwah, terkhususnya dakwah kampus.
Disatu sisi, kita sudah berupaya melakukan perekrutan. Kita mengkreasikan berbagai macam kegiatan, baik kegiatan kaderisasi bahkan kegiatan syiar sekalipun selalu kita set dengan tetap menumpangkan misi perekrutan di dalamnya. Para pengelola dakwah kampus menanamkan prinsip bahwa setiap agenda yang diangkatkan oleh semua elemen dakwah kampus harus berujung pada gerbang bertambahnya simpatisan dan kader dakwah. Tapi itu semua masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan kita akan sumber daya manusia. Sering kita rasakan energi kita terhabiskan untuk mengangkatkan kegiatan tetapi duplikasi kader yang dihasilkan tidak begitu optimal. Kita tidak menafikan kesungguhan ikhwah dalam mengangkatkan sebuah kegiatan, kita sangat mengapresiasi dan mendoakan agar itu menjadi tabungan pahala bagi kita. Namun kita harus mencari trik dan tips agar duplikasi kuantitas dan kualitas kader dakwah ini berjalan dengan maksimal. Agar regenerasi berjalan dengan baik dan setiap pos-pos dakwah diisi oleh tenaga yang memadai, profesional dan tidak tumpang tindih. Dan ternyata ada satu peluang yang sangat luar biasa yang mungkin sudah sedikit kita tinggalkan. Hal ini yaitunya dakwah fardiyah.
Dahwah fardiyah adalah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seorang da’i (penyeru) kepada orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan al mad’u pada keadaan yang lebih baik dan diridhai oleh Allah SWT. Sarana dakwah fardiyah ini sangat banyak dan fleksibel. Da’I diberi ruang yang sangat luas untuk melakukan prosesnya. Dakwah fardiyah bila dijalankan dengan baik dan sungguh-sungguh maka ia  akan menjadi sarana yang paling efektif, paling kuat pengaruhnya, dan paling terjamin kualitasnya terhadap individu mad’u.
Pendekatan personal terhadap objek dakwah sudah seharusnya menjadi perhatian utama kita. Selain mengadakan kegiatan, kita harus juga memikirkan follow up nya. Salah satu bentuk follow up yang paling nyata adalah dakwah fardiyah ini. Dengan telah terjalinnya kedekatan hati antara sang da’I dengan mad’u nya, maka “ disuruh manjat gunung merapi pun dia akan mau”. Selama ini barangkali kita sudah merasa cukup, karena telah mengangkatkan sebuah acara dengan sukses, dihadiri para pejabat kampus, dengan jumlah peserta yang lumayan banyak. Tapi setelah acara selesai, maka selesai pula semuanya. Hanya sedikit yang membekas dalam jiwa peserta. Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi. Oleh sebab itu, follow up kegiatan harus dijalankan dan senantiasa di topang dengan dakwah fardiyah. Dengan ini mudah-mudahan beberapa permasalahan aktivitas dakwah kampus bisa teratasi.
Langkah-langkah melakukan dakwah fardiyah sudah banyak di ulas dan dipaparkan oleh para ulama. Begitu pula dengan keutamaan dan faedah-faedahnya. Tinggal bagaimana kita bertekad untuk mencari tahu serta mengamalkannya. Tidak hanya mengamalkan sekedarnya, tapi mengamalkan dengan sepenuh hati dan istiqomah. Hal lainnya yang paling penting adalah, semua kita niatkan dengan tulus karena Allah. Mudah-mudahan bisa menjadi tambahan tabungan amal kita di akhirat kelak. Selamat berdakwah fardiyah, kampus madany tak hanya sekedar mimpi. Kejayaan Islam adalah janji Allah yang pasti. (Rnl 27102011)
085263629949

0 comments: