Official Site: Ronal Rifandi

Sarunai Ombak Nan Badabua.

Ajo Ronal~ Jejak Petualangan

Alam Takambang Jadi Guru. Mozaik kelana dari balik lensa.

(click) SCIENCECLOPEDIA

Whether you like it or not, mathematics is everywhere.

Catatan Si Jho

My daily Journal~ avonturen in de wildernis van het leven.

The Rifandi

Pictures of a Daily Life Journey (2023-...).

10/01/2015

Teacher's corner: Who says mathematics is only about numbers and calculations???!

In one of my classes, hmmm not one but in all of the grade X I taught in this semester, I have a little funny struggle when we deal with the mathematical logic. It’s a new topic for the students in the grade X. I notice at least the following points in my classes. It took my time a little bit longer to prepare the materials for them.

In the first meeting we started to get in touch with the topic, my students said that, “oh come on, where are the numbers, Sir? It is not mathematics. We are not in a Bahasa class aren’t we?” They were complaining since I invited them to define the term “statement” and made up several examples of statement from each of them. And then I asked them to distinguish a statement and an open sentence.

When they shared the statement they made as the examples, most of the students just came up with the example in the daily life things such us,” I am hungry, the teacher is very handsome, the sun is shining, etc” only few of them related it with mathematics. Not mathematical sentence, but a sentence like “lingkaran itu bulat, jam itu bulat” things relate to geometry (a little bit). So it was not a surprise to see their reaction when I put “2+5=7” as one of the example. At least they got a new knowledge that that expression is also called a sentence in mathematics. J

Okay, that is only the beginning.

The struggled came when we started to explore the “majemuk” sentence about conjunction, disjunction, implication and bi-implication. There was no big issue in the conjunction part. We could find the truth table of it nicely. I used a story like what my high school teacher told me. For example “the mother asks her son to buy sugar and coffee”. With this example we could agree that the mother will only happy when the son gives her both sugar and coffee. It means that the truth value of the conjunction will be true only if the truth value of the both single statement on it are true. It will be false when it is not.

The discussion started when we continued to the truth table of disjunction. We used the same example but with the connector “or”. The confusing was if the first and the second single statement of it are true. The students said that it is not “fine” when the mother asked to buy sugar or coffee but the son gives her both. The students said that it against the mother will. The mother will be angry since the son uses money unwisely. It’s still not logic for some of the students that the truth value is true, some of them keep complaining. Hmm, its hard to be a teacher right J

To “shut them up”, I said that although the son have sugar and coffee in his hand, he will only gives one kind of it to the mother, he free to chose whether he will give sugar or coffee. And the mother will not angry. It is also not a big problem for the mother to accept both of it. in mathematical logic we only care about the information in the statement and the fact, we are not concerning about the other factor like “using money wisely or not”.
Okay, the disjunction is done.

But the next battle is about the implication. Fiuh, can you guess what was happening?


To be continued….

07/12/2014

Tak Pernah Membuat Surat Lamaran...


Alhamdulillah berkesempatan untuk hadir dalam temu alumni sebuah organisasi di kampus dulu. Dimana bisa merenung kembali tentang semangat dan kontribusi yang dulu pernah sedemikian menggebu nya. Sekarang??? Hmm.. masih membahana insya Allah. Tapi hal tentang semangat itu perlu di charge dan dipupuk terus menerus. Dan bagi sebagian orang (termasuk saya), berjumpa dan berkumpul dengan orang-orang yang se visi tentulah memberikan input yang positif untuk keberlangsungan semangat tersebut.
Baru saja memasuki ruangan, flash back berseliweran dalam bayangan, seolah-olah semua itu nyata kembali di kepala ini, saat-saat saya yang menjadi seperti adek-adek yang hadir sekarang. Ingatan terbang kepada karib kerabat yang dahulu sama-sama berjuang, yang sama-sama belajar untuk mengimplementasikan nilai-nilai ukhuwah dalam tataran nyata sebuah kontribusi. Hmm… sungguh beruntung kalian dek, bisa bergabung disini di sebuah tempat aktualisasi diri yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup dan kehidupan saya.
Tulisan ini bukanlah tentang memoir yang terjadi dalam acara tersebut. Tapi ini lebih pada tanggapan pendapat saya terhadap sebuah statement yang disampaikan oleh salah seorang pemateri dalam kegiatan itu. Tulisan ini bukan mengkritisi beliau ataupun menyanggah pendapatnya. Hanya saja, tulisan ini terilham dari sepenggal kalimat yang beliau ucapkan.
Begini kalimatnya kawan, “Saya sampai sekarang tidak pernah membuat surat lamaran, tetapi saya disuruh untuk membuat surat lamaran dan lalu langsung diterima”. Ehm, biar ga merembet kemana-kemana, saya batasi lah ya, bahwa lamaran yang dimaksud disini adalah lamaran pekerjaan. So, mengapa saya harus menurunkan tulisan ini?
Jika kawan tak melihat asbabun nuzul kalimat itu, tentu hal pertama yang mungkin terbersit di dalam benak kawan adalah betapa sombongnya beliau ini, hehe. Namun jika memperhatikan konteks penyampaian kalimat tersebut, maka saya yakin bahwa tiada maksud kesombongan dalam diri sang pemateri, hal ini lebih pada semangat beliau dan keinginan untuk memotivasi dengan contoh real dan nyata yang diambil dari kisah benar dalam kehidupannya.
Tapi tak ada salahnya kan jika saya juga mengambil kisah dari dunia nyata kehidupan saya, yang sampai saat ini masih saja menjalankan program “menebar jala” dan sedang harap-harap cemas menanti jala itu berhasil menangkap ikan yang dikehendaki. Dan instrument utama penebaran jala itu adalah “sepucuk qalam” eh sepucuk surat lamaran maksudnya. Lalu apakah salah? Lalu apakah saya kurang keren dibanding sang pemateri itu? Hmmm… lalu apakah saya harus menepi di sudut dan menekurkan kepala ke tepi dindidng, karena saya membuat surat lamaran? Hehe.
Kawan, bagi mereka yang mendapatkan berkah karunia berupa tidak pernah membuat surat lamaran, tetapi malah diminta untuk bergabung di tim, berarti hal itu patut kita apresiasi dan menjadi lecutan semangat bagi kita. Bahwa ternyata ada orang–orang yang mungkin dengan segala kemampuan dan kecemerlangan yang mereka punya-tentu saja saya yakin mereka memperoleh keistimewaan itu dengan susah payah pula, seperti belajar yang giat, membangun jaringan yang kokoh, berdoa yang khusu’- mereka tak perlu bersusah-susah mencari lowongan kerja dan membuat serta menebar sekian buah surat lamaran. Namun, apakah hal tersebut juga HARUS pas buat kita? Apakah hal tersebut juga HARUS terjadi pada kita? No it is not, absolutely not. Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing dan jalan itu uniq yang dengan kata lain berbeda dengan orang lainnya.
Bagi saya dan sebagian lainnya yang mungkin bernasib tak sama dengan pemateri itu, maka saya harus membuat surat lamaran. Saya menikmati setiap proses yang dilalui. Saya suka hidup yang penuh tantangan dan tidak monoton. Sensasi memasuki sebuah kantor, untuk bertemu dengan orang yang tidak dikenal, lalu menyampaikan maksud untuk melamar pekerjaan di tempat tersebut. Sensasi mempersiapkan diri untuk sebuah seleski. Sensasi menanti hasil dengan perasaan yang harap-harap cemas. Kemudian sensasi ketika ditolak dari sebuah institusi. Sensai replay surat lamaran yang belum ada kejelasan komentar. Ya semuanya memberikan warna yang memperkaya khasanah hidup saya. Dan saya mensyukuri setiap prose situ. Tentu saja saya berharap, bahwa saya sudah membuat surat lamaran terakhir dan diterima untuk bekerja dan semoga menjadi tempat berlabuhnya pengabdian saya. Amiin.
Poin lainnya bagi saya dan kawan-kawan yang mungkin bernasip tak mendapat panggilan, lalu apakah kita akan duduk diam manis dan menunggu ada yang meminta kita?? Hellooo, ini 2015 kawan, dan hidup ini keras, butuh perjuangan. Jika missal anda seorang ketua organisasi kampus, anda seorang bintang jurusan, anda seorang aktivis keren, anda lulusan PTN favorit, bahkan anda seorang lulusan luar negeri, lantas anda hanya duduk diam manis dan menunggu? Hmm… iya syukur-syukur  jika garis tangan anda yang mungkin dengan keredhoaan Allah, ada panggilan tanpa harus melamar. Tapi coba, kalao Allah mau uji kita dengan ketiadaan panggilan kerja, mungkin Allah sedang uji ketahanan kita dalam memohon kepadaNya untuk memperoleh rezeki yang halal, mungkin Allah sedang melihat sejauh mana kesabaran dan kerendahan hati kita untuk melepas kan semua kepongahan background yang kita punya dan mampu menulis surat MEMOHON diterima untuk bekerja di sebuah institusi.
Semoga tulisan ini bisa membuat kita semakin semangat dalam berusaha dan berdoa untuk berjuang menjemput rezeki yang halal yang sesungguhnya sudah Allah sediakan untuk setiap hambaNya. Dan proses untuk kesana berbeda-beda bagi setiap orang. Selamat jika anda bekerja tanpa harus membuat surat lamaran Kawan. Tapi bagi yang belum, mari semangat “menebar jala” dengan keyakinan tawakkal kepada Allah. Karena setiap langkah hidup kita ini begitu merona. Sebab kita Istimewa Insya ALLAH. Wallahualam #peace

Lbk Minturun, 7 Desember 2014

11/10/2014

Visi Bundo nan Jauh Kedepan

Ini adalah sebuah cerita tentang sebuah keteladanan. Cerita tentang sebuah semangat bahwa di ruang-ruang negeri ini masih ada, jika tak bisa dikatakan masih banyak, orang tua yang membesarkan anak-anak mereka dengan cita-cita yang besar. Bagi saya, apa yang akan saya ceritakan ini merupakan sesuatu yang mulai jarang saya temukan.

Seperti biasa, kami selalu percaya dengan kalimat berikut “Bahwa silaturrahim bisa memperpanjang usia dan membuka pintu rezki”. Maka dari itu, kami senantiasa berupaya untuk melakukannya. Walaupun sudah berpisah di beragam tempat dan peruntungan, kami senantiasa menanti momen-momen yang pada tahun-tahun terakhir hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun, yaitu ba’da Ied Fitri. Tak ubahnya tahun ini, dari beberapa penjuru, walau dengan halang dan rintang, kami alhamdulillah dapat berjumpa dan melakukan apa yang kami sebut sebagai “Tour Lebaran 1435 H”. Tempat-tempat rutin kembali dikunjungi dan tentu beberapa destinasi tambahan menghiasi touring kecil-kecilan kami kali ini.

Subhanallah, setiap roda motor ini menggelinding menapaki jalanan ranah Minang, disetiap itu pula decak kagum yang tiada terkira akan keindahan ranah Minang ini. Walau pernah berkunjung ke negeri-negeri nun jauh disana, tapi keelokan ranah ini memanglah punya sesuatu yang akan selalu membuat rindu. Yakin, negeri kita ini tak kalah elok nya dengan negeri-negeri nun jauh disana. Terlebih lagi jikalau hati telah berpaut disini.

Ehm,.. salah satu destinasi yang kami hampiri adalah kediaman keluarga seorang sahabat di tepian danau maninjau. Awalnya, sempat ragu untuk hadir, karena jadwal yang disusun sedikit molor, maklum lah hampir disemua destinasi, selalu tak kuasa menolak keramahan si orang rumah. Nenek nya si A nyuruh mampir dulu, mengambilkan sekantong rambutan fresh from its tree, Ibunya si B menyuruh makan siang dulu, Ayah nya si C menyuruh golek-golek dulu, “siko se lah lalok, manga takaja-kaja bana, lah malam hari maah, jalannyo jauah, kok hujan bagai beko” begitulah kira-kira yang beliau cakapkan. Yaahh… bersyukur dipertemukan dengan keluarga-keluarga seperti itu, sehingga kami merasa punya banyak orang tua dan selalu rindu untuk datang lagi dan lagi dan lagi.
Okeh… prolognya terlalu panjang ya.. hehe, biasalah bos, tulisan ngalor ngidul (tau nggak ngalor ngidul itu maksud literally nya apa?? Gak tau kan yaaaaa…… :D ) FYI: ngalor ngidul itu secara harafiah berarti ngutara-ngenyelatan hehe alias panjang lebar ujung ke ujung.

Okeh… (lagi). Berhubung hari telah larut, kami sempat berdiskusi, apakah tidak apa untuk lanjut ke keluarga sahabat di tepian danau maninjau tersebut. Bukan apa-apa, ini adalah salah satu destinasi baru dalam touring ini tentu tak bisa disamakan dengan tujuan-tujuan tetap yang akan selalu membuka pintu jam berapa pun kami datang (hehe, karena sudah biasa dan maklum), nah apakah demikian juga dengan destinasi baru ini, walau bagaimanapun waktu untuk berkunjung sebagai adab bertamu sudah lah lewat. Tapi berpegang pada janji yang sudah diucap, kami gebuh sepeda-sepeda motor menuju ketepian danau maninjau tersebut. Diterpa angin malam, disapu rerintik hujan dan perut kosong (ehm).

Tarrakami datang. :D Dan benar saja, si adik terpaksa keluar lagi dari kamar tidurnya untuk menyambut kami, sang Ayah sudah terlelap (sepertinya), sang Ibu sedang beberesan di dapur. Keramahan menyambut, sepertinya keluarga ini sudah terbiasa untuk didatangi silih berganti, karena terlihat begitu open dan nyaman. Bercakap-cakap dan dilanjutkan dengan bakar ikan yang lagi-lagi fresh from the keramba. Kami juga disuguhi penganan khas danau maninjau. Rinuak. Konon kabarnya ikan mungil-mungil ini hanya ada di danau maninjau. Dan kalau di olah dan dikemas, bisa menjadi barang mahal, oleh-oleh khas Maninjau.

Ketika fajar datang, disinilah kekaguman ku bertambah. Pagi hari keluarga ini sudah bersiap-siap untuk beraktivitas. Dan ketika melihat keluar, waah subhanallah keren, hamparan danau maninjau dan aura pagi yang sejuk, bau semerbak alam dan tetes-tetes embun. Beberapa kami menyempatkan mendayung sampan ke tepian-tepian keramba di tengah danau, lalu kami berhimpun dengan beberapa buah duren yang semerbak. Wahhh.. nikmatnya dunia, kawaaaan. :D

Pada pagi ini pula, sewaktu sarapan teh, sang Ibu menghampiri kami, duduk bersama kami dan bercerita. Menyampaikan apresiasinya dan terimakasih nya telah dikunjungi dan telah bersahabat dengan anak beliau. Tak lupa beliau menitipkan pesan pada kami untuk selalu kompak, selalu bererat-erat dalam bersilaturrahiim ini dan saling mengingatkan dan tolong menolong. Bagian yang menyentuh dalam perbincangan pagi itu adalah ketika beliau mengahrapkan kami para generasi muda untuk serius dalam membina diri dan menyiapkan diri untuk menyambut estafet pembangunan bangsa ini. Bagaimana harapan beliau bahwa kami anak-anaknya ini bisa menjadi orang yang berguna untuk bangsa dan agama, bermanfaat untuk kemajuan negara ini. Subhanalloh. Ucapan yang simple memang. Tapi bagiku ini adalah something, kawan.

Sungguh mulia Bundo kanduang yang satu ini. Dari pesan-pesan yang beliau sampaikan terlihat bahwa beliau memiliki visi yang jauh ke depan, visi yang tak sekedar pemenuhan hasrat manusiawi individual belaka, tetapi memikirkan kedjayaan bangsa. Ia bukan hanya menanamkan visi tentang memiliki pekerjaan tetap dan sukses, atau membina keluarga sakinah saja kepada anaknya dan kami. Ini visi tentang melanjutkan kepemimpinan bangsa, sobat.

Maka dari itu, dengan bangga kusampaikan padamu wahai Indonesia, jangan khawatir, masih ada Bundo-bundo kanduang yang menyiapkan generasi muda untuk melanjutkan hidupmu kelak. Masih ada dan mungkin masih banyak yang peduli. Hingga tak ada tempat untuk pesimis dengan kelanjutan kehidupan bangsa kita ini, walau mungkin banyak kekecewaan atas penyelenggaraan negara kita, Banyak yang bersikap apatis, tapi tak kalah banyak yang masih peduli, tak kalah banyak yang masih memiliki mimpi untuk kelangsungan kedjayaan Indonesia.

Hmm… inilah sepenggal kisah dari silaturrahiim kami. Tak semua bisa diceritakan memang. Semoga bisa diambil semangatnya :D

Sungguh tak sabar menanti petualangan berikutnya, entah kemana, dengan siapa, dan menemukan hikmah seperti apa. Tapi satu yang pasti, bahwa kita akan terus berjalan dan berlari, karena hidup ini begitu indah jika hanya sekedar dihabiskan dengan duduk dan berbaring saja.

Ronal Rifandi, M.Sc
(ups, alhamdulillah, terimaksih atas dukungan dan doanya sahabat, akhirnya purna juga program masternya) J




16/06/2014

2 Sisi kisah tentang 3 buah teh kotak

Istirahat sejenak sebelum begadang melanjutkan penulisan Thesis. Iseng-iseng nemu sebuah catatan inspiratif dari seorang teman.

Nah, karena kurang kerjaan, kami (saya dan seorang teman lainnya) mencoba untuk memandang kisah itu dari sudut pandang yang lainnya.

Inilah dua sisi kisah tersebut.


  1. Kisah 3 Teh Kotak

    Ada 3 Teh Kotak, ketiga Teh Kotak tsb diproduksi di pabrik yg sama.

    Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut ketiga Teh Kotak tsb & menuju ke tempat yg berbeda utk pendistribusian.

    Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Teh Kotak pertama di turunkan disini. Teh Kotak itu dipajang di rak bersama dgn Teh Kotak pabrik lainnya & diberi harga Rp. 4.000.

    Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana, Teh Kotak kedua diturunkan. Teh Kotak tsb ditempatkan di dlm kulkas supaya dingin & dijual dgn harga Rp. 6.500.

    Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yg sangat mewah. Teh Kotak ketiga diturunkan di sana. Teh Kotak ini tdk ditempatkan di rak / di dlm kulkas. Kotak ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yg pesan, Teh Kotak ini dikeluarkan bersama dgn gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki & pelayan hotel akan membukakan kotak teh itu, menuangkannya ke dlm gelas & dgn sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.

    Sekarang, pertanyaannya adalah :
    Mengapa ketiga Teh Kotak tsb memiliki harga yg berbeda padahal diproduksi dari pabrik yg sama, diantar dgn truk yg sama & bahkan mereka memiliki rasa yg sama??

    🌲 Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda.

     Lingkungan berbicara ttg RELATIONSHIP.

    Apabila Anda berada dilingkungan yg bisa mengeluarkan hal terbaik dari diri Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang.

    Tapi bila Anda berada di lingkungan yg meng-kerdil-kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil!!

    ANDA (orang yg sama, bakat yg sama, kemampuan yg sama) + lingkungan yg berbeda = NILAI YG BERBEDA!!!
    Wallahul Musta'an
  2. #############
  3. Sebuah sudut pandang yang berbeda
  4. By Ronal and Fachry
  5. Jangan kira teh kotak di hotel itu menerima perlakuan sesuai dengan harganya. Di hotel itu mungkin tersedia banyak minuman lain yg mungkin lebih mahal dari teh kotak tsb. Dan kalangan yg datang ke hotel mungkin saja akan memilih minuman yg lebih mahal karena kegengsian akan teh kotak yg bisa ditemui di supermarket lokal dan bisa dinikmati oleh banyak org. Sedangkan mereka kalangan atas mungkin ingin mendapatkan minuman yg berbeda dari orang kebanyakan. Sehingga teh kotak itu hanya laksana teh kotak di sangkar emas. Tak tersentuh hingga melampaui tanggal kadaluarsanya.

    Lain halnya jika kita melihat dari sisi penghargaan. Teh kota supermarket lokal biasanya dibeli karena dibutuhkan dan dinikmati sampai habis. Byangkan sesorang yg berjalan di siang hari yang terik di bawah sengatan mentari singgah di supermarket lokal. Teh kotak yg dingin akan terlihat begitu menggoda bagaikan oase di padang pasir. Sang calon peminum pun akan sangat berbahagia memiliki teh kotak yg disajikan dalam kondisi dingin dan segar walaupun teh kotak trsbt hanya diambil menggunakan tangan tanpa disajikan oleh pramusaji melalui gelas kristal. Bayangkan betapa senangnya teh kotak tersebut karena dihargai dengan tulus.

    Berbeda dengan teh kotak di hotel berbintang, jangan kira mereka mendapatkan penghargaan yg sama. Walaupun ada yg memesannya, terkadang ia hanya pelengkap sebuah pertemuan. Lumrah diketahui bahwa pemesan di hotel terkadang menyisakan minuman tanpa alasan yg jelas. Nah, jika kamu sebagai teh kotak itu apa yg kamu rasakan? Dibeli tapi diabaikan, Mahal tapi disisakan. Alangkah irinya dia melihat teh kotak di supermarket lokal, yg sederhana tapi bermakna, murah tapi dihabiskan. 

    Bagaimana menurut anda? Menjadi teh kotak manakah yg anda mau? 

    Setelah ini alangkah elok jika kita memaknai lg arti sebuah lingkungan.

14/05/2014

"Pintu Dunia"*

Buku

Buku adalah jendela dunia .
Itu sih kata orang. Tapi bagiku selain sebagai jendela dunia, buku juga merupakan pintu, pintu yang mengantarkan ku pada tempat- tempat yang kuimpikan. Bukankah Bumi Allah ini luas, dan kita disuruh berjalan di muka bumi ini untuk mencari hikmah dan pembelajaran yang baik. Ehm :)

Dahulu ketika kecil (kelas 6 sd atau 1 smp an lah) aku sangat senang melihat ibu berkutat dengan modul - modul kuliah nya. Modul kuliah berwarna hijau dengan ketebalan yang beragam. Aku masih ingat warna kertasnya yang buram, karena mungkin untuk penghematan maka modul tersebut menggunakan kertas jenis itu. Tak hanya berhenti sampai tahap terkagum kagum saja, aku bahkan membaca dan mengerjakan beberapa tes formatif dan sumatif yang ada di buku tersebut. Beberapa pelajarannya memang bisa terjangkau oleh ku karena ibuku kuliah pendidikan guru agama islam untuk sd di iain. Hati ini akan sangat senang jika saat mencocokkan jawaban dengan kunci yang ada dibagian akhir menunjukkan banyak kecocokan. Penilaian dilengkapi dengan rumus untuk mencari nilai akhir. Saat itu  terpikir olehku ingin juga seperti ibu, terlihat keren berkutat dengan buku tebal-tebal.  

Narasi diatas mengantarkan ku pada perjuangan untuk melanjutkan pendidikan sampai tingkat yang lebih tinggi. Ya.... Modul-modul hijau adalah pintu ku untuk memasuki dunia perkuliahan. Alhamdulillah sekarang aku juga berkutat dengan buku tebal-tebal. Bedanya itu buku ku sendiri, bukan lagi modul-modul hijau berkertas buram yang digunakan oleh ibu ku, tapi modul dan buku kuliah ku sendiri. Dan sekarang aku sedang berusaha untuk wisudaku yang kedua. Doakan yach.. ;)  

Pintu kedua yang ingin ku sharing berjudul negeri van orange dan 99 cahaya di langit eropa. Tahu nggak sobat dengan dua buku tersebut? Kalo yang kedua tentu tahu kali ya, karena baru-baru ini buku tersebut sempat booming dan bahkan sudah diangkat ke layar lebar. Nah aku sudah membelinya lama sebelum orang-orang kenal dengan buku itu. Aku membelinya dengan niat, bahwa suatu saat aku juga ingin menapak tilasi tempat-tempat yang ada disana dan mungkin bahkan lebih dari itu. Saking sayang nya dengan buku tersebut maka saat membacanya pun tak henti kutitipkan doa disela-sela saat membalik halaman2 nya. Buku itu kuhadiahkan sebagai kado pernikahan salah seorang kakak senior yang menyemangati kami dengan cara yang anti maenstream. Saat itu rata-rata senior menyemangati untuk aktif berorganisasi, aktif melayani ummat, aktif meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Tapi kakak yang satu ini beda. Beliau menyemangati kami untuk juga menggenjot kapasitas diri untuk menjadi kader yang memiliki kompetensi spesific namun berwawasan global. Beliau tak sekadar menyemangati untuk aktif berorganisasi dan beribadah saja, tapi juga aktif untuk berprestasi.  

Negeri van oranje. Banyak yang tahu mungkin, kalau buku ini merujuk pada negeri kincir dan tulip. Ya, the Netherlands. Pernah juga menemukan artikel yang menyebutkan bahwa nama negeri ini juga berarti kerajaan tanah. Ketika membaca buku ini, sama dengan buku yang sebelumnya, aku tak hanya sekedar membaca, tetapi membaca dengan menyelipkan mimpi-mimpiku disetiap halaman kisah-kisahnya. Buku ini menemani sata-saat galau proses seleksi dan penantian pengumuman penerimaan beasiswa ke Belanda. Alhamdulillah, Allah mengizinkan ku untuk menjelajahi Belanda dan Eropa, walau tak semua tempat yang ada di buku tersebut bisa kusilaturrahimi, tapi tak masalah, karena ku bisa membuat lembaran-lembaran ku sendiri.  

Beberapa pintu lain sudah pernah ku buka seperti "think dinar", "aku beribadah haji" dan lain-lain namun sepertinya belum saatnya untuk melangkah kesana, cukup "melongokkan pandangan" saja terlebih dahulu. Insya Allah semoga diridhoi. :)  

Yang saya ingin sampaikan dicatatan ini adalah, kita tak hanya cukup sampai sekedar bermimpi saja namun harus membuat mimpi tersebut real dalam visi kita. Hingga itu menjadi salah satu penyemangat dan menerjemahkan mimpi tersebut kedalam kesungguhan usaha dan doa. Dengan buku, bisa membantu kita untuk memperjelas visi atau gambaran tentang mimpi-mimpi kita.  

Tapi mimpi tentu tinggalah mimpi. Karena kenyataan adalah sesuatu yang pasti. Maka hiduplah dalam kenyataan. Bawalah mimpi-mimpi mu pada kenyataan, hingga kita tak sekedar termasuk golongan orang yang panjang angan-angan. Insya Allah.  

Ini ceritaku, menyambut masa liburan weekend dan habis ditolak bimbingan thesis tadi sore karena pembimbing sibuk. #ngambeg ah.... Karena di php in pembimbing, maka sory sory Pak, I will put it for a while. No thesis in this week end. :) #sikap  

^_^
Your Jho
Bumi Allah, Ketintang Surabaya 14 May 2014

07/04/2014

Gelombang ketiga. *bedah buku coy*

Bedah buku anis matta. "Gelombang ketiga"
Oleh Ustadz Sobikh

Alhamdulillah, ada kesempatan untuk menghadiri sebuah agenda silaturrahim ikhwah yang salah satu mata acaranya adalah bedah buku. Bedah buku kali ini mengupas tentang ide dan gagasan yang ditelurkan oleh ustadz anis matta dalam buku terbaru beliau yang berjudul gelombang ketiga Indonesia.

Gelombang yang dimaksudoleh ustadz anis adalah gelombang fase menjadi indonesia (1), menjadi negara bangsa modern (2), dan fase the next Indonesia (3). Dalam memahami buku ini, kita bisa melihat bahwa ustadz Anis mendasari pnulisan buku ini dari 2 sisi. Kedua sisi itu adalah sisi sejarah dan demografi.

Selanjutnya, Salah satu bagian penting dari gelombang-gelombang tersebut adalah bagian tentang value.

Pada gelombang pertama value yang dikembangkan asalah tentang solidaritas, gotong royong dan adanya kesadaran pergerakan nasional sebagai collective mind. Rasa senasib sepenanggungan sebagai bangsa terjajah membuat generasi pada gelombang pertama ini memiliki ciri khas tentang kesadaran untukberjuang merebut kemerdekaan.

Pada gelombang kedua, value yang ada dan berkembang adalah adanya konflik dan kompetisi, keamanan, menyesuaikan diri dengan kemodernan, dan dikuatkannya Pancasila sebagai collective mind. Pada fase ini, adanya konflik kepentingan dan kompetisi membuat pemerintah saat itu mengutamakan stabilitas keamanan dengan segala cara. Sehingga muncullah kebijakan-kebijakan yang membatasi kebebasan berbicara, berpendapat, berkumpul. Pancasila pun disakralkan secara berlebihan, sehingga dijadikan asas tunggal bagi setiap organisasi.

Gelombang ketiga, yakni yang menjadi perhatian dari pembahasan kali ini, adalah gelombang dimana Indonesia mulai beranjak untuk mulai bersiap menyongsong Indonesia masa depan.

Ust Anis menjelaskan 5karakteristik velombang ketiga ini.
1. Di Indonesia akan muncul kelas menengah baru. Masyarakat pada kelas ini jumlahnya akan meningkat. Mereka yang berada dikelas ini adalah kaum muda dan berpenghasilan rata-rata antara 2-20 juta rupiah perbulan.

2. Akan mulai meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yang berpendidikan tinggi.

3. Tingginya tingkat pendidikan masyarakat akan berpengaruh pada kesejahteraan mereka.

4. Akan semakin banyak masyarakat yang well connected dengan dunia global.

5. Value yang berkembang dimasyarakat adalah tentang segala sesuatu yang berorientasi pada kemanusian, pencarian makna kualitas hidup dan mulai mwlampaui rasa individualisme.

Untuk siap eksis di gelombang ketiga tersebut, ada beberapa mindset baru yang harus dibentuk dan di kembangkan:
- Arsitektural. Kita harus sadar bahwa kita sebagai manusia adalah arsitek utama dalam membangun seduah peradaban.

- fungsional. kita harus mampu berkarya menghasilkan sesuatu yang berfungsi dan bermanfaat.

- Experimental. Dunia akan cepat berubah dan perkembangan segala sesuatunya terjadi dengan cepat serta susah diprediksi. Maka dari itu perlu ada nya keberanian untuk mencoba melakukan hal-hal baru. Menemukan penemuan-penemuan baru yang dapat menunjang kehidupan manusia.

- creative. Yanf terakhir ini merupakan syarat untuk bisa tetap eksis dan tak tersingkirkan dari gelombang ketiga. Inovasi dan kreasi sangat dibutuhkan agar keberadaan kita bisa diakui dan kita bisa bertahan pada gelombang ini.

Demikianlah, sekelumit bahasan dari buku gelombang ketiga. Terutama penjelasan tentang nilai yang ada pada fase ini. Semoga bisa menjadi gambaran agar kita memahami karakternya dan mempersiapkan diri untuk menjadi aktornya.

Yang dituliskan pada tulisan ini bisa jadi tercampur dengan pemikiran ustadz sobik dan interpretasi pribadi penulis, maka alangkah lebih baik, kawan-kawan juga membaca bukunya sendiri. ^_^

09/03/2014

Thought Experiment

Ehm
Teringat dengan komen-komen an bersama seorang sahabat di FB yang mungkin saya pun belum pernah bertemu dengannya.

Statusnya tentang bagaimana menyikapi sesuatu yang kita tahu sia-sia tapi terus kita lakukan karena hanya untuk menyenangkan orang atau sejenisnya.

kira-kira jawab saya saat itu adalah, bahwa saya terbiasa untuk melakukan sesuatu sampai dengan selesai. Dan konsepnya tidak ada yang sia-sia. Kenapa??? karena semua berawal dari perencanaan. Sebelum melakukan sesuatu saya memikirkan terlebih dahulu tentang prospek sesuatu tersebut. tentang apa goal dan hasil yang akan dicapai. jadi sia-sia atau tidaknya itu saya tentukan di awal, sebelum melakukannya. Saya tidak akan melakukan sesuatu yang jika diawalnya sudah saya prediksi untuk berpredikat "sia-sia".

Jika diawal sudah niat untuk melakukannya, maka tidak ada cerita untuk menyimpulkan sesuatu itu sia-sia. Kalaupun ditengah-tengah prosesnya kita menyadari akan indikasi kesia-siaan, maka disanalah berguna yang namanya revising. Kita revisi, kita sesuaikan, kita modifikasi dan lalu kita selesaikan. Bukankah disegala sesuatu akan selalu ada hikmah dan pembelajaran. Insya Allah.

Ehm, tentang judul tulisan ini, saya ingat salah satu fase dari design research dalam mendesign sebuah pembelajaran adalah fase persiapan. Pada fase ini designer akan membuat sebuah Hyphothetical learning trajectory (HLT) dan yang mendasari HLT ini selain kajian teori adalah sang designer melakukan thought experiment. Dia akan melakukan experiment terhadap designnya tersebut di dalam "kepalanya". Memikirkan jika A maka apa saja reaksi dari siswa yang diconjecture kan, kemudian bagaimana guru harus merespon reaksi siswa yang muncul. Bagaimana tindakan guru agar pembelajaran mencapai tujuan yang diinginkan. semua itu dilakukan didalam kepala si peneliti terlebih dahulu. kemudian dituangkan kedalam bentuk HLT dan HLT inilah yang kemudian di test dalam teaching experiment in the classroom.

Hmm... dalam keseharian, mungkin kawan-kawan juga sudah sering melakukan thought experiment ini tanpa sadar. Hmmm, saya kira ini baik untuk dibiasakan agar kita meminimalisir yang namanya kesia-siaan. Dengan melakukan ini, kita juga terbiasa untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan bagaimana menyikapinya.Bukan berarti kita harus menjadi kolot dan jumud, karena apa- apa dipikir, apa-apa dipikir :D
Tapi setidak nya tidak membiarkan hidup ini laksana air yang mengalir. Ntar kalo mengalirnya keselokan gimana hayo? trus masuk got.. Hiyyyuuuhhhh...Semangat Minggu Pagi.
#WOi thesis woi, ini malah ngetik yang nggak nggaaak..
#kebiasaan #meleset dikit... -_-
#yourJHO 

31/01/2014

02/01/2014

Teori Rempong dalam #bakawan

Sudah lama tak menulis. ^_^

saran saya sebelum kawan-kawan membaca tulisan ini adalah: MULAI Baca dari BAWAH.
gambar hanya kopar dari gugel. diambil karena ada tulisan #bakawan nya ^_^


  1. Apolah koha. Lah siap saia rempong kan ha??? ": kesimpulan: mare(mpong)pot an se paja ko mah"
  2. 12. ^_^ adoh adoh sae teori anak mudo jaman kini. So... siapa yang siap untuk direpotkan?????
  3. 11. itu artinya pertalian kita mulai renggang. There is something that need to be fixed
  4. 10. Pertanda mulai menuju limit bubar menurut teori ini adl jika proses repot-merepotkan mulai berkurang
  5. 9. Dan pun sebaliknya, walau menggerutu, tp "tanpa sadar" kita tetap lakukan permintaan teman kita itu dengan "senang hati" mk kita
  6. 8. suatu saat, kita akan merepotkannya, & mungkin ia akan menggerutu namun ia tetap melakukannya, maka kita sudah
  7. 7. Seseorang yg sdh kita repotkan, tanpa segan2 mminta tolong kpd kita, & lalu sampai tahap merepotkan, kesimpulannya adl kita sdh
  8. 6. namun tdk berhenti sampai disitu. menurut teori ini blm purna jika seseorang yg telah direpotkan td tdk melakukan tindakan balik
  9. 5. saat seseorang itu repot, tp ia tetap membantu & melakukan permintaan seseorang tadi, mk berarti ia sdh masuk katagori tahap 1
  10. 4. dan terkadang permintaan tolong ini semakin menjadi-jadi hingga sampai pd istilah yg membuat seseorang itu repot. fase lanjutan
  11. 3. dlm teori ini, seseorang akan mulai dengan melakukan fase pendekatan. fase ini ditandai dengan permintaan tolong.
  12. 2. entahah valid atau tidak. tapi saya pernah mendengarnya baru2 ini. saya beri nama teori itu sbg teori repot-merepotkan.
  13. 1. istilah disadur dari bahasa yg berarti berteman, bersahabat atau sejenisnya lah.Nah ada satu teori pertemanan yg menarik
  14. . niat sih nerusin thesis, tapi tangan gatal buat ngetwit. *alasan *pelarian *mumet.. mau bahas tentang ah.