18/05/2013

Bedah ILC tentang PKS di Sudut Utrecht

Pagi ini langit Utrecht mendung berawan. Sesekali rerintikan hujan turun membasahi bumi yang katanya sudah masuk spring, namun bagiku dan kawan-kawan yang sedang belajar disini masih saja dingin. Entahlah, karena kami terbiasa barangkali dengan kehangatan bumi khatulistiwa, maklum baru beberapa bulan berdomisili disini.

Hmm… hari ini hari Jumat, biasanya saya hanya bisa berjumat ria dikampus karena ada dua jadwal kuliah yang beredar disekitar waktu sholat jumat. Tapi alhamdulillah saya mengambil “jatah” untuk tidak hadir ke kampus hari ini, kebetulan sedang kurang sehat. Tapi hikmahnya ya, kesempatan ini. sebuah kesempatan untuk ikut sholat jumat berjamaah. bertempat disebuah rumah yang disewa untuk jadi salah satu lokasi pusat kegiatan kelurga muslim di kota Utrecht.

Sholat jumat yang dihelat disini tak seperti sholat jumat kebanyakan. Tanya Kenapa??  Karena, biasanya warga mengextent nya dengan dua agenda resmi tambahan dan satu agenda informal. Yups… setelah prosesi sholat jumat (yang khotibnya di gilir dari kita untuk kita) dilanjutkan dengan kajian bersama ustadz. Ada topik-topik tertentu yang dibahas berkesinambungan, seperti tafsir dan telaah hadist. Kemudian, dilanjutkan dengan acara yang tak kalah semaraknya, yakni acara makan siang bersama. Jujur saja, mungkin sesi yang ini merupakan salah satu sesi favorit bagi beberapa kalangan, seperti kalangan bujang-bujang yang tak terlalu mahir memasak ^_^, karena makanannya wuenak tenan cuy.  Nah disesi inilah biasanya diintegrasikan dengan sesi informal yakni bincang-bincang hangat penuh semangat. Dari pantauanku, topik yang dibahas bisa beragam dan tak punya pattern tertentu. Dan bahkan bisa sekian topik meloncat dari sana ke sini. Biasalah tipikal orang indonesia kalau lagi ngobrol santai. :)

Baiklah, cukup untuk introductionnya. Mari fokus pada judul di atas. Sahabat semua masih ingat jelas lah ya dengan kisah KPK dan PKS yang lagi hangat membara di Indonesia. Kami disini pun sepertinya tak mau ketinggalan. Entah berawal dari mana, topik ILC tentang “Uang Daging Kemana Saja” menjadi fokus utama siang tadi. Masing-masing mengutarakan analisa nya. Penggalan-penggalan ILC dikomentari dan dibahas dengan santai.

Dari pemaparan yang ada, saya yakin masyarakat masih bisa melihat siapa yang sedang dikriminalisasi dan siapa yang sedang berkonspirasi. Siapa yang bicara dengan fakta dan siapa yang hanya mencari dalih retorika. Jika ada yang mengatakan bahwa media bisa memainkan opini publik, itu mungkin benar. Tapi jika dikatakan rakyat akan mengamini opini media apa adanya, maka TUNGGU dulu Bung, kami tak sebodoh itu. Masyarakat kita sudah semakin dewasa. Mereka sepertinya juga sudah terbiasa dengan tradisi diskusi, minimal mendiskusikannya dengan gaya mereka masing-masing. Tak perlu dengan seminar-seminar, tak perlu dengan bedah buku. Barangkali cukup seperti yang terjadi di salah satu sudut kota Utrecht Belanda ini. Membedah tayangan ILC sembari santap siang ba’da sholat Jum’at. :D Tanpa moderator tanpa panelis, hanya kami-kami para “rakyat badarai” (rakyat biasa).

Ini hanyalah tulisanku. Pendapatku sebagai penafsiran dari apa yang kualami. Kebenaran itu tetaplah sebuah kebenaran, dan Ia pasti akan terungkap ke permukaan. Tinggal bagaimana kita dewasa dalam membersamai proses terungkapnya kebenaran itu. Sungguh, walau dinegeri nun jauh ini, kami sangat-sangat cinta pada Indonesia. ^_^
Utrecht, Belanda, 17 May 2013

0 comments: